Mencintai apa yang kita miliki dan berusaha untuk meningkatkan kualitas dan mutu untuk kebaikan bersama adalah terjemahan abstrack dari kutipan diatas. Saya Andrie Ardhianto adalah seorang lulusan S2 dari Jurusan Ekologi Industri di 2 universitas yaitu TUM German-NTU Singapore yang kini beralih profesi sebagai pedagang bahan bangunan di Blunyah Gede,Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Banyak orang yang mengenal saya sekarang akan bertanya, “Kenapa kamu tidak bekerja di luar negeri?”, atau, “Kenapa ilmunya ndak dipakai? Kan sudah susah susah sekolah?”, atau bahkan ada pertanyaan meremehkan “Kalo akhirnya cuman jualan gini kan, gak perlu sekolah jauh-jauh?!” Hehehehe….
Jalan kehidupan dan panggilan orang tiada yang tahu. Keep praying, stepping and God will lead your way. So simple kedengarannya tetapi membutuhkan pertolongan dari Nya dan keberanian kita untuk melangkah jauh. Saya membuka Toko Besi Wasis ini sebenarnya juga karena waktu dulu melamar pekerjaan ga ada tawaran yang cocok dengan minat saya, pendidikan dan lokasi. Banyak tuntutannya juga ya saya hehehe… Ada teman sekelas saya yang nekat tinggal terus di luar negeri untuk mendapatkan pekerjaan disana. Saya pingin juga sebenernya, tetapi dengan pertimbangan yang diberikan oleh orang tua juga yang memang mereka berprofesi sebagai pedagang, akhirnya saya memutuskan untuk memulai karir sebagai pedagang. Kalo ada pepatah, “Buah tak akan jauh dari pohonnya”, mungkin saya bisa termasuk orang yang menghayati pepatah itu
Saya memulai bisnis toko besi ini sejak tahun 2006 dan dengan penuh perjuangan saya merintis toko ini dari yang hanya dengan 4 rekan kerja, kini saya berdagang bersama 10 rekan kerja.
Saya mencintai apa yang saya kerjakan dan apa yang saya lakukan. Saya tidak terlalu memikirkan tentang pendidikan yang telah saya jalani, hanya kadang saya teringat masa-masa kuliah ketika Profesor-profesor saya yang dari Jerman mengajar dengan penuh antusias dan sepenuh hati tentang “How we could improve our quality of live without damaging environment?”. Bagaimana kita dapat meningkatkan kualitas taraf hidup kita dengan tanpa merusak lingkungan? Profesor Wilderer (peter@wilderer.de) dari Jerman, pemenang Stockholm Water Prize 2003, adalah pendiri Jurusan Ekologi Industri di universitas saya dan juga salah satu dosen yang sungguh menggerakkan hati saya sampai saat ini. Walaupun sudah sepuh, tetapi semangat yang terpancar di matanya ketika menceritakan ide-ide itu kepada kami, 9 mahasiswa dari berbagai belahan dunia dan perhatiannya yang begitu besar atas tanggapan dan jawaban kita di kelas, adalah biji-biji yang beliau tanamkan di dalam hati kami para muridnya.
Biji-biji itu dormant atau tidur nyenyak di hati saya, hingga suatu saat di akhir 2007-an tepatnya ketika menjelang pertemuan United Nations Climate Change Conference di Pulau Bali Indonesia Desember 2007, begitu banyak media mengekspose dan mengabarkan tentang go green dan global warming. Hati saya mulai tergerak dan biji yang tidur itu mulai mendapatkan sedikit cahaya matahari dan air. Mengapa saya sebagai orang yang pernah sedikit belajar tentang ilmu itu diam saja saat ini? What are your contributions? Apa yang bisa kamu sumbangankan dan lakukan untuk menyikapi krisis lingkungan saat ini? Apa yang bisa ditingkatkan? Apakah kamu memang mencitai pekerjaanmu dan ketahuilah saja kalau kamu dapat bekerja dengan baik ketika lingkunganmu sehat, baik dan mendukung..
Everything which is good comes from God and we are only executor . Bahwa yang baik itu datangnya dari Tuhan dan kita hanyalah pelaksananya saja. Di dalam pelajaran yang saya peroleh di Jurusan Ekologi Industri ada yang disebut 3R untuk mengatasi permasalahan limbah. 3R adalah Reduce, Reuse, dan Recycle. Urutan tersebut menunjukkan prioritas bagaimana kita menanggulangi limbah.
Yang pertama sekali adalah bahwa kita harus mengurangi (reduce) karena dengan pola hidup yang boros, terlalu banyak pemakaian energi, tidak efisian dan exploitasi berlebihan terhadap sumber daya, maka segala cara penanggulangan permasalahan limbah akan sia-sia saja. Bagaikan seorang yang sakit dan tidak menjaga pola makan, demikianlah juga lingkungan yang rusak akan menjadi semakin rusak kalau kita tidak mengerem konsumsi kita yang tidak kita perlukan.
Kemudian yang kedua adalah reuse atau menggunakan kembali . Banyak barang-barang yang sebenarnya masih layak untuk digunakan lagi atau dirubah kegunaannya untuk fungsi lain sehingga akhirnya mampu mengurangi peng-explorasian cadangan sumber daya alam yang ada. Contohnya kalau ada kaleng bekas di rumah, dari pada dibuang bisa dipake untuk pot. Tempat cat bekas bisa untuk ember. Kalau ada baju bekas, bisa disumbangkan, atau kalau sudah tidak layak bisa dijadikan kain lap, jadi hemat. Sebenernya ini tidak susah bukan? Bahkan kita sudah sering melakukannya sehari hari.
Reuse inilah yang menjadi program lingkungan pertama kali di toko saya, yaitu menggunakan kembali kantung belanja yang sudah anda punyai untuk membawa barang belanjaan di Toko Besi Wasis. Setiap kali anda berbelanja di tempat saya dengan jumlah pembelanjaan Rp. 10.000,- untuk barang-barang yang memang butuh kantong kresek, anda akan ditawari untuk menolak kantung kresek kami dan mendapatkan diskon Rp.500,-.
A win-win solution atau ”kurangi sampah kita tambah untung” adalah julukan yang diberikan untuk program ini. Sebenernya ini adalah wujud kekesalan saya dahulu di Jerman, ketika dengan uang saku mahasiswa yang mepet, saya merasa diperas ketika harus mengeluarkan 2 Euro (Rp.28.000,-) untuk membeli kantung belanjaan yang bakalan tidak terpakai. Saya yang masih polos dan tidak terlalu peduli dengan lingkungan waktu itu (walau saat itu saya adalah mahasiswa Ekologi Industri) ngamuk-ngamuk dalam hati, “Apakah keuntungan supermarket ini kurang ya, sampai harus men-charge (menghitung) kantung plastiknya?” Tetapi demi menghemat uang bulanan saya yang mepet akhirnya saya bawa tas sendiri dari rumah. Kenapa dengan hukuman kita baru mau melakukan sesuatu yang baik? Seharusnya bukankah kita layak mendapatkan hadiah karena sudah mempunyai keinginan baik dan melakukan yang baik? Dengan pengalaman ini muncul ide untuk memberikan hadiah cash back Rp. 500,- kepada setiap pembeli di TB WASIS yang mempunyai niat baik mau menggunakan kembali tas belanja mereka dan mengurangi terciptanya sampah kresek. Sebagai modal untuk para konsumen yang sadar lingkungan, TB WASIS juga menyediakan tas kain gratis yang bertuliskan besar-besar “AKU ANTI KRESEK” untuk digunakan dimana saja saat mereka berbelanja.
Banyak yang setuju, tetapi tidak sedikit pula yang mengkritik saat mereka ditawari untuk mengurangi sampah kresek. “Apa gunanya kalau cuman toko sini aja yang begini?”, “Kalau ga pake kantong apa mau pake daun? Kembali ke zaman dulu donk!”, atau yang bernada sinis, “Untungnya kurang ya …kok harus ngirit kresek segala?”. Saya tidak banyak menjawab untuk pertanyaan-pertanyaan ini. Mungkin ini adalah saat diam itu emas, dan senyum adalah jawaban terbaik..
I was at the same position and having the same comments couple years ago. Saya berada pada posisi yang sama dan memiliki komentar-komentar yang mirip beberapa tahun yang lalu. Sebenernya saya tidak jauh berbeda, perbedaannya cuman waktu, dulu dan sekarang. Saya sadar sepenuhnya bahwa saya bukan siapa-siapa yang mampu merubah dunia. Hanyalah karena Tuhanlah, saya boleh dibimbing dan diajar untuk berubah menjadi lebih baik. Pengertian butuh proses dan waktu, dan biji-biji cinta lingkungan itu sedang ditaburkan sekarang ini. Kalau Tuhan menghendaki, Dia yang akan mengirimkan orang untuk memberi air dan meneranginya sehingga tumbuh.
Kemudian program ke dua di toko saya adalah “Dapatkan pohon buah gratis*,” (pake tanda bintang, hehe…). Ide ini sebenernya muncul dari adik cowok saya yang berkata kepada saya, “Ko, kalo kamu cuman ngurangi sampah aja gimana dengan pencemaran yang sudah terjadi? Polusi masih tetep banyak. Itu kan dimana-mana banyak program, kayak nanam pohon atau bersepeda ke mana-mana gitu”, kemudian kata saya, ”Maksudmu saya harus naik sepeda gitu ke mana-mana? Lah bisa kecapekan donk saya, kalo saya kerempeng gimana donk!” sedikit emosi juga saya waktu itu.. hehe…
Tetapi setiap orang bisa dipakai Tuhan untuk menyampaikan suaraNya. Jadi bukalah telinga lebar-lebar dan renungkan baik-baik supaya kita bisa membedakan apakah saran teman atau saudara kita juga merupakan suara dariNya. Saya jadi merenung juga, ada benernya juga yang dibilang adik saya. Akhirnya saya buat baliho kecil dengan bantuan adik cowok saya yang sangat ahli dibidang komputer dan tetek bengeknya itu. Kini di depan toko saya, anda bisa melihat terpampang tulisan “Cintai Lingkungan Anda dengan Aksi Nyata bersama TB WASIS” kemudian dibawahnya ada tulisan, “Kurangi sampah dan dapatkan diskon”, “Dapatkan pohon buah gratis*”, “Ayo daur ulang”.
Oiya, maksud tanda * itu adalah pada awalnya untuk para konsumen yang berbelanja banyak, tetapi tiba-tiba terlintas di benak saya, “Kalau cuman berbelanja banyak aja tetapi ga ada niat memelihara untuk apa dikasih?” seperti memberikan raket bulu tangkis mahal kepada pemain golf, pastilah ga ada gunanya. Nanti raketnya malah patah buat mukul bola golf. Hehe… Akhirnya saya merubah aturannya bahwa pohon buah ini diperuntukkan gratis bagi mereka yang cinta lingkungan, punya tempat dan yang paling penting mau memelihara.
Kenapa saya memilih pohon buah? Bukan pohon sengon, jati atau mahony? Karena toko saya terletak di tengah kota, yang tanahnya terbatas. Dengan pohon buah mereka dapat memperoleh manfaat langsung setelah 3-5 tahun. Untuk toko yang terletak di daerah yang banyak lahan tidur atau pedesaan pemberian bibit pohon kayu-kayuan sangat cocok. Pemberian pohon kayu-kayuan ini tidak hanya akan menghijaukan lingkungan tetapi akan juga menghijaukan dompet para konsumen saya (inget ungkapan kalo orang ngeliat duit kan matanya jadi ijo, hehe), karena pohon-pohon ini dapat berfungsi sebagai investasi jangka panjang. Amin!
Dan program “Ayo daur ulang” adalah program untuk intern TB WASIS serta sebagai sedikit tanda terimakasih dari TB WASIS untuk rekan-rekan kerja di TB WASIS yang sudah menyebarkan dan mensosialisasikan 2 program-program terdahulu. Dengan pemilihanan sampah kertas, kawat, kardus, besi bekas yang ada di TB WASIS akan terkumpul sejumlah dana yang bisa dipergunakan untuk keperluan atau hiburan bersama untuk intern TB WASIS.
Menguraikan apa yang telah saya pelajari mengenai 3R, R yang ke tiga adalah Recycle atau daur ulang. Jadi kalo memang sudah tidak bisa dikurangi dan tidak bisa digunakan kembali maka langkah Recycle bisa ditempuh. Kertas bekas didaur ulang kembali melalui proses sehingga menjadi kertas baru, atau bungkus mie instan, bungkus kopi instan, bungkus deterjen dijahit untuk dijadikan tas, dan banyak sejuta ide kreatif lain yang kini menginspirasi banyak orang. Orang-orang sudah sadar dan mengerti bahwa lingkungan kita sungguh berharga. Banyak orang mencintai lingkungan sekitar mereka dan berusaha untuk memperbaiki dan meningkatkannya. Kan sangat repot bukan kalo lingkungan kita rusak, banjir dimana-mana trus kita jadi harus pindah. Emang mau pindah ke mana kita? Ke luar negeri? Atau ngungsi aja ke rumah mertua ya? Haha…
Cintai lingkungan yang sudah ada, bangun kembali dan tingkatkan supaya lebih lestari. Eh, saya jadi inget nasihat Romo Bono dari Kemetiran tentang duit sih nasihatnya, tapi mungkin bisa diterapkan juga disini tentang cinta lingkungan. Kalo kamu sayang dan hemat terhadap duit maka duit juga akan sayang dan maunya deket deket sama kamu dan datang ke kamu. (Tapi inget yang paling penting cinta Tuhan, duit itu hanya sarana) Cintailah bumi dan lingkungan maka bumi dan lingkungan akan lembut terhadapmu.
Cintailah dahulu tanpa berharap akan dicintai balik, tetapi ketahuilah dengan pasti bahwa ketika kamu mencitai dengan tulus maka cinta itu pasti akan kembali kepadamu. Ckckck… kenapa saya jadi puitis ya?? Hahahaha….
Love what we have and improve it! Kini maukah anda mengulurkan tangan dan berperan serta aktif untuk kelestarian bumi dan lingkungan? Ingat 3R dan urutannya Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), Recycle (daur ulang).
Selamat Paskah ya…
Glory be to the Father, and to the Son, and to the Holy Spirit, as it was in the beginning, is now, and ever shall be, world without end
Ditulis hari Minggu Paskah 24 April 2011, untuk Romo Kirjito dan Suster Angelik. Maaf baru sempat menulis sekarang Romo…